Melalui program Praktik Kerja Lapangan (PKL), kami—kelompok B200I1—memasuki ruang belajar yang berbeda dari biasanya. Bukan di ruang kelas, bukan di kampus, melainkan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Selama tujuh minggu, kami menjadi bagian dari Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kepatihan Wetan, Surakarta, sebuah lingkungan yang sarat dengan nilai dakwah, semangat gotong royong, dan kegiatan keagamaan yang hidup. Pengalaman ini bukan sekadar pengabdian, tapi juga perjalanan spiritual, sosial, dan intelektual yang mendewasakan kami sebagai mahasiswa.
Pertama: Awal Langkah dan Perkenalan
PKL kami dimulai pada tanggal 3 Mei 2025 dengan menghadiri pembukaan PKL tingkat Kota Surakarta di SMP Muhammadiyah 7. Suasana acara tersebut dipenuhi semangat kebersamaan dan idealisme mahasiswa Muhammadiyah untuk berkontribusi ny bagi masyarakat. Seusai acara, kami langsung menuju PRM Kepatihan Wetan untuk bertemu dan berkoordinasi dengan Ketua PRM, Bapak Muhammad Sholahuddiin. Dalam pertemuan tersebut, kami menyampaikan maksud dan rencana kegiatan kami, mulai dari pengajaran TPA, membantu kegiatan masjid, hingga aktivasi media sosial. Sambutan yang hangat dari pihak PRM memberikan semangat baru bagi kami untuk memulai perjalanan ini dengan optimisme.
Minggu Kedua: Observasi dan Adaptasi di TPA
Pada minggu kedua, kami mulai mengenal lebih dekat dengan lingkungan tempat kami akan berkegiatan. Kami mengobservasi aktivitas Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang berlangsung di Masjid An-Nur Kepatihan Wetan. Suasana belajar yang sederhana namun penuh semangat menjadi hal pertama yang mencuri perhatian kami. Anak-anak tampak antusias belajar membaca Al-Qur’an, sementara para ustadzah membimbing mereka dengan kesabaran yang luar biasa. Dari kegiatan ini, kami mulai memahami pola pembelajaran yang dilakukan dan mencatat berbagai hal yang bisa kami bantu atau kembangkan ke depannya. Ini menjadi landasan penting bagi kami dalam menyusun strategi pengajaran yang lebih kontekstual dan menyenangkan.
Minggu Ketiga: Mengajar dengan Hati dan Hadiah
Minggu ketiga menjadi titik awal kami mulai terlibat langsung dalam proses pengajaran di TPA. Kami tidak hanya berdiri di depan kelas, tetapi juga mencoba menciptakan atmosfer belajar yang menyenangkan dan interaktif. Salah satu metode yang kami terapkan adalah memberikan hadiah kecil kepada anak-anak yang berani menjawab atau menghafal dengan baik. Tak disangka, cara ini berhasil meningkatkan antusiasme mereka dalam belajar. Setiap senyum dan tawa anak-anak menjadi energi positif bagi kami untuk terus memberikan yang terbaik. Mengajar di sini bukan hanya soal menyampaikan materi, tapi juga tentang membangun kelekatan emosional dan menumbuhkan semangat belajar dalam diri anak-anak.
Minggu Keempat: Dakwah Digital untuk Generasi Z
Memasuki minggu keempat, kami melihat potensi dakwah yang bisa lebih luas jika PRM dan Masjid An-Nur memiliki kehadiran aktif di media sosial. Kami pun mulai membuat dan mengaktifkan akun Instagram untuk PRM, Masjid An-Nur, serta Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata. Dalam prosesnya, kami tidak hanya membuat akun, tapi juga merancang konten yang menarik dan sesuai dengan karakter dakwah Muhammadiyah. Kami berdiskusi dengan para pengurus, mendengarkan ide-ide mereka, dan memfasilitasi pelatihan dasar penggunaan media sosial. Tujuan kami sederhana: agar informasi, kegiatan, dan nilai dakwah yang sudah berjalan baik di lingkungan ini dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, khususnya generasi muda yang akrab dengan dunia digital.
Minggu Kelima: Membangun Kepercayaan Diri Anak Melalui Lomba
Pada minggu kelima, kami menyelenggarakan lomba salat dan adzan sebagai bentuk variasi kegiatan TPA. Lomba ini bertujuan untuk mengasah keberanian anak-anak dalam tampil di depan umum sekaligus memperkuat praktik ibadah mereka. Antusiasme peserta begitu tinggi, mereka mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dan menunjukkan performa terbaik. Kami menyediakan hadiah sederhana, namun cukup membuat mereka semakin bersemangat. Kegiatan ini tidak hanya memberi manfaat ke anak-anak, tapi juga mempererat hubungan kami dengan para ustadzah dan orang tua yang turut hadir menyaksikan. Di malam harinya, kami juga menghadiri rapat panitia kurban, yang menjadi pengalaman berharga dalam melihat bagaimana masyarakat bermusyawarah dan merancang kegiatan keagamaan secara kolektif.
Minggu Keenam: Belajar Ikhlas dalam Ibadah Kurban
Tepat pada perayaan Iduladha, kami turut serta dalam pelaksanaan penyembelihan hewan kurban di Masjid An-Nur. Kami membantu mulai dari pendataan penerima, pengemasan, hingga distribusi daging kurban kepada masyarakat. Kegiatan ini berlangsung sejak pagi hingga sore hari, dan melibatkan banyak pihak, termasuk pemuda dan pengurus takmir. Kami belajar bahwa kurban bukan hanya ritual tahunan, tetapi juga ajang membangun solidaritas sosial dan gotong royong. Pengalaman ini membuka mata kami bahwa pengabdian bisa dilakukan dalam banyak bentuk, tidak harus melalui kata-kata, tapi melalui kerja nyata dan kebersamaan.
Minggu Ketujuh: Pamitan yang Penuh Haru
Tak terasa, minggu terakhir PKL pun tiba. Hari Sabtu kami manfaatkan untuk terakhir kalinya mengajar di TPA. Suasana kali ini berbeda, karena kami dan anak-anak sudah membangun ikatan yang hangat. Ada pelukan, ucapan terima kasih, bahkan beberapa anak terlihat enggan melepas kami pulang. Kami juga berpamitan kepada para ustadzah dan pengurus masjid dengan penuh rasa syukur atas kebersamaan yang terjalin. Keesokan harinya, kami menghadiri pengajian Ahad pagi yang membahas kisah Nabi Ibrahim dan pentingnya keteladanan dalam keluarga. Materi pengajian itu terasa seperti penutup yang pas, menyentuh hati kami yang tengah reflektif atas seluruh pengalaman yang kami jalani.
Refleksi Akhir: Dari Masyarakat, Kami Belajar dan Bertumbuh
Tujuh minggu PKL bukanlah waktu yang panjang, namun cukup untuk mengubah cara pandang dan memperkaya pengalaman hidup kami. Kami datang dengan rencana kegiatan, namun pulang dengan pelajaran hidup yang tak ternilai. PRM Kepatihan Wetan, Masjid An-Nur, dan seluruh warga telah memberi kami ruang untuk belajar, bekerja, dan menjadi bagian dari mereka. Dari proses inilah kami belajar arti keikhlasan, kerendahan hati, serta pentingnya kehadiran yang berdampak. Terima kasih atas setiap senyum, dukungan, dan kerja sama yang diberikan. Semoga jejak kecil yang kami tinggalkan bisa menjadi manfaat yang terus berlanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar